Kamis, 31 Maret 2011

Penyakit Flu Burung


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Wabah flu burung yang disebabkan oleh virus A subtype H5N1 mulai dikenal pada tahun 1997 di Hongkong, dengan sumber penularan dan penyebaran yang berasal dari peternak unggas. Selanjutnya menyebar dengan begitu cepat keseluruh dunia sehingga menjadi masalah global. Perkembangan flu burung yang terjadi di Indonesia juga sangat cepat sejak ditemukannya virus ini pada tahun 2004, yakni pada unggas yang kemudian menyebar dengan cepatnya kepada manusia. Dengan tingginya angka kematian akibat flu burung, kita perlu mewaspadai agar penyakit ini tidak berkembang. Untuk itu perlu di ambil sejumlah langkah pencegahan secara perorangan maupun lingkungan.
Di Indonesia pada bulan Januari 2004 di laporkan adanya kasus kematian ayam ternak yang luar biasa (terutama di Bali, Botabek, Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Barat dan Jawa Barat). Awalnya kematian tersebut disebabkan oleh karena virus new castle, namun konfirmasi terakhir oleh Departemen Pertanian disebabkan oleh virus flu burung (Avian influenza (AI)). Jumlah unggas yang mati akibat wabah penyakit flu burung di 10 propinsi di Indonesia sangat besar yaitu 3.842.275 ekor (4,77%) dan yang paling tinggi jumlah kematiannya adalah propinsi Jawa Barat (1.541.427 ekor). Pada bulan Juli 2005, penyakit flu burung telah merenggut tiga orang nyawa warga Tangerang Banten, Hal ini didasarkan pada hasil pemeriksaan laboratorium Badan Penelitian dan Pengembangan Depkes Jakarta dan laboratorium rujukan WHO di Hongkong. Melihat kenyataan ini seyogyanya masyarakat tidak perlu panik dengan adanya kasus flu burung di Indonesia, tetapi harus tetap waspada, terutama bagi kelompok yang beresiko karena kita tidak bisa memungkiri bahwa virus ini di negara lain telah menginfeksi manusia.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah :
a. Untuk menambah ilmu pengetahuan serta wawasan yang luas
b. Memberi pengetahuan kepada para pembaca mengenai Flu Burung
C. Manfaat Penulisan
Penulisan karya ilmiah ini dilakukan untuk memberikan pengetahuan tentang apa itu Flu Burung kepada para pembaca dan siapa saja yang membaca karya tulis ini. Sehingga mereka tahu apa itu Flu Burung dari pengertian, penyebab, penyebaran, gejala, hingga pencegahnya. Hal itu akan memicu mereka untuk waspada terhadap wabah Flu Burung.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN FLU BURUNG
Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian influenza) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas. Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus avian infuenza jenis H5N1 pada unggas di konfirmasikan telah terjadi di Republik Korea, Vietnam, Jepang, Thailand, Kamboja, Taiwan, Laos, China, Indonesia dan Pakistan. Sumber virus diduga berasal dari migrasi burung dan transportasi unggas yang terinfeksi. Di Indonesia pada bulan Januari 2004 di laporkan adanya kasus kematian ayam ternak yang luar biasa (terutama di Bali, Botabek, Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Barat dan Jawa Barat). Awalnya kematian tersebut disebabkan oleh karena virus new castle, namun konfirmasi terakhir oleh Departemen Pertanian disebabkan oleh virus flu burung (Avian influenza (AI)). Jumlah unggas yang mati akibat wabah penyakit flu burung di 10 propinsi di Indonesia sangat besar yaitu 3.842.275 ekor (4,77%) dan yang paling tinggi jumlah kematiannya adalah propinsi Jawa Barat (1.541.427 ekor). Pada bulan Juli 2005, penyakit flu burung telah merenggut tiga orang nyawa warga Tangerang Banten, Hal ini didasarkan pada hasil pemeriksaan laboratorium Badan Penelitian dan Pengembangan Depkes Jakarta dan laboratorium rujukan WHO di Hongkong.. Melihat kenyataan ini seyogyanya masyarakat mewaspadai adanya penyakit
B. PENYEBAB
Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A . Virus influenza termasuk famili Orthomyxoviridae. Virus influenza tipe A dapat berubah-ubah bentuk (Drift, Shift), dan dapat menyebabkan epidemi dan pandemi. Virus influenza tipe A terdiri dari Hemaglutinin (H) dan Neuramidase (N), kedua huruf ini digunakan sebagai identifikasi kode subtipe flu burung yang banyak jenisnya. Pada manusia hanya terdapat jenis H1N1, H2N2, H3N3, H5N1, H9N2, H1N2, H7N7. Sedangkan pada binatang H1-H5 dan N1-N9. Strain yang sangat virulen/ganas dan menyebabkan flu burung adalah dari subtipe A H5N1. Didalam virus influenza A dapat terjadi perubahan besar pada komposisi antigeniknya yang disebut antigenic shift atau terjadi perubahan kecil komposisi antigenik yang disebut dengan antigenic drift. Perubahan-perubahan inilah yang memicu timbulnya epidemic atau bahkan pendemi. Gelombang epidemic oleh karena virus influenza A berlangsung secara periodic tiap 2-3 tahun, sedangkan periode terjadinya interepidemi untuk influenza B adalah lebih lama yaitu 3-6 tahun. Pada manusia hanya terdapat virus influenza A dari subtype H1N1, H2N2, H3N3, H5N1, H9N2, H1N2, dan H7N7, sedangkan pada hewan adalh subtype H1 sampai H5 dan N1 sampai N9. Dari semua subtype tersebut, hanya virus influenza A subtype H5 dan H7 yang sangat ganas. Meski demikian tidak semua virus influenza subtype H5 dan H7 bersifat ganas dan juga tidak semuanya menyebabkan penyakit pada unggas.
C. GEJALA
Gejala flu burung pada manusia dan hewan berbeda :
a. Gejala pada unggas.
o Jengger dan pial berwarna biru
o Borok dikaki
o Kematian mendadak
o Keluar cairaan jernih sampai kental dari rongga mulut
o Diare
o Haus berlebihan dan cangkang telur lembek
b. Gejala pada manusia.
o Demam (suhu badan diatas 38o C)
o Sakit kepala, Batuk, pilek dan nyeri tenggorokan
o Radang saluran pernapasan atas
o Pneumonia
o Infeksi mata
o Nyeri otot
c. Masa inkubasi
o Pada Unggas : 1 minggu
o Pada Manusia : 1-3 hari, Masa infeksi 1 hari sebelum sampai 3-5 hari sesudah timbul gejala. Pada anak sampai 21 hari.
D. PENYEBARAN DAN PENULARAN
Penyebaran virus flu burung melalui unggas yang sedang ber migrasi belum sepenuhnya dipahami.Hanya saja, unggas air liar seperti bebek dan angsa yang merupakan anggota ordo Anseriformes serta burung camar dan dan burung laut dari ordo charadriiformes adalah pembawa virus influenza A subtype H5 dan H7. Virus yang dibawa unggas ini umumnya kurang ganas. Virus jenis ini hanya menyebabkan penurunan produksi telur, bulu-bulu mengerut atau berat badan ayam pedaging tidak naik-naik. Setelah masuk dan bersirkulasi didalam tubuh unggas ternak, influenza A akan beradaptasi dan bermutasi menjadi bentuk yang ganas,yaitu HPAIV dalam waktu beberapa bulan saja.
Flu burung menular dari unggas ke unggas, dan dari unggas ke manusia, Penyakit ini dapat menular melalui udara yang tercemar virus H5N1 yang berasal dari kotoran atau sekreta burung/unggas yang menderita flu burung. Penularan dari unggas ke manusia juga dapat terjadi jika manusia telah menghirup udara yang mengandung virus flu burung atau kontak langsung dengan unggas yang terinfeksi flu burung atau benda-benda yang terkontaminasi oleh kotoran unggas sakit yang mengandung virus H5N1. Sampai saat ini kasus flu burung pada manusia lebih banyak terjadi di daerah pedesaan/ perkampungan ataupun di pinggiran kota yang padat penduduknya. Di daerah-daerah semacam itu, kebanyakan unggas yang dipelihara dilepas begitu saja atau tidak dimasukan dalam kandang, bahkan terkadang menyatu dengan rumah. Banyak pula yang kandangnya bertempat dimana anak-anak biasa bermain. Dengan kondisi seperti ini sangat mungkin terjadi penularan dari unggas ke manusia, karena didalam kotoran unggas yang sakit terkandung banyak sekali virus H5N1.
E. PENCEGAHAN
Pencegahan penyebaran penyakit flu burung dapat dilakukan dengan menerapakan tindakan preventif/ atau pencegahan terhadap unggas itu sendiri maupun manusia.
A. Pada Unggas
1. Pemusnahan unggas/burung yang terinfeksi flu burung dalam radius tiga kilometer.
2. Vaksinasi pada unggas yang sehat
3. Meningkatkan biosekuriti, suatu tindakan pengawasan dan pengamanan yang ketat terhadap unggas yang terinfeksi flu burung.
4. Peningkatan kesadaran masyarakat
5. Pengisian kandang kembali
6. Pengawasan kasus flu burung
7. Pengendalian lalu lintas keluar masuk ternak unggas dan produk unggas.
B. Pada Manusia
1. Kelompok berisiko tinggi ( pekerja peternakan dan pedagang atau yang bersentuhan dengan produk unggas)
a. Mencuci tangan dengan desinfektan dan mandi sehabis bekerja.
b. Hindari kontak langsung dengan ayam atau unggas yang terinsfeksi flu burung.
c. Menggunakan alat pelindung diri. (contoh : masker dan pakaian kerja).
d. Meninggalkan pakaian kerja ditempat kerja.
e. Membersihkan kotoran unggas setiap hari.
f. Imunisasi.
2. Masyarakat umum
Bagi masyarakat pada umumnya yang perlu dilakukan adalah menjaga higien pribadi dan lingkungan, serta memperoleh vaksinasi.
a. Menjaga daya tahan tubuh dengan memakan makanan bergizi & istirahat cukup.
b. Mengolah unggas dengan cara yang benar, yaitu :
- Pilih unggas yang sehat (tidak terdapat gejala-gejala penyakit pada
tubuhnya)
- Memasak daging ayam sampai dengan suhu ± 800C selama 1 menit
dan pada telur sampai dengan suhu ± 640C selama 4,5 menit.
F. PENGOBATAN
Tata laksana pengobatan bagi penderita flu burung adalah rawat inap di rumah sakit pada ruang isolasi untuk mendapatkan pengobatan dan perawatan yang sesuai, karena sifat penyakit yang ganas.
Pengobatan dilakukan dengan :
1. Oksigenasi bila terdapat sesak napas.
2. Hidrasi dengan pemberian cairan parenteral (infus).
3. Pemberian obat anti virus oseltamivir 75 mg dosis tunggal selama 7 hari.
4. Amantadin diberikan pada awal infeksi , sedapat mungkin dalam waktu 48 jam pertama selama 3-5 hari dengan dosis 5 mg/kg BB perhari dibagi dalam 2 dosis. Bila berat badan lebih dari 45 kg diberikan 100 mg 2 kali sehari.
G. TINDAKAN DEPKES
Dalam rangka mengatasi dampak yang ditimbulkan oleh flu burung, Departemen Kesehatan mengambil beberapa tindakan, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Melakukan Investigasi pada pekerja, penjual dan penjamah produk ayam di beberapa daerah KLB flu burung pada ayam di Indonesia (untuk mengetahui infeksi flu burung pada manusia)
b. Melakukan monitoring secara ketat terhadap orang-orang yang pernah kontak dengan orang yang diduga terkena flu burung. hingga terlewati dua kali masa inkubasi yaitu 14 hari.
c. Menyiapkan 44 rumah sakit di seluruh Indonesia untuk menyiapkan ruangan observasi terhadap pasien yang dicurigai mengidap Avian Influenza.
d. Memberlakukan kesiapsiagaan di daerah yang mempunyai resiko yaitu provinsi Jabar, DKI Jakarta dan Banten serta membentuk POSKO di Ditjen PP & PL dengan nomor telepon/fax: (021) 425 7125
e. menginstruksikan kepada Gubernur pemerintah propinsi untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap kemungkinan terjangkitnya flu burung di wilayah masing-masing
f. Meningkatkan upaya penyuluhan kesehatan masyarakat dan membangun
jejaring kerja dengan berbagai pihak untuk edukasi terhadap masyarakat agar masyarakat tetap waspada dan tidak panik
g. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama dengan departemen pertanian dan pemerintah daerah dalam upaya penanggulangan flu burung
h. mengumpulkan informasi yang meliputi aspek lingkungan dan faktor resiko untuk mencari kemungkinan sumber penularan oleh tim investigasi yang terdiri dari Depkes, Deptan dan WHO.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penyebab flu burung di Indonesia adalah virus influenza tipe A subtype H5N1. Tingkat kematian penderita flu burung tinggi.Perlu kewaspadaan pada kelompok berisiko tinggi (pekerja di peternakan ayam , pemotong ayam dan penjamah produk unggas lainnya), dengan memperhatikan cara pencegahan. Flu burung menular dari unggas ke unggas, dan dari unggas ke manusia, Penyakit ini dapat menular melalui udara yang tercemar virus H5N1 yang berasal dari kotoran atau sekreta burung/unggas yang menderita flu burung. Penularan dari unggas ke manusia juga dapat terjadi jika manusia telah menghirup udara yang mengandung virus flu burung atau kontak langsung dengan unggas yang terinfeksi flu burung atau benda-benda yang terkontaminasi oleh kotoran unggas sakit yang mengandung virus H5N1.
B. SARAN
Perlu adanya penyuluhan/promosi kesehatan kepada masyarakat tentang penyakit flu burung agar masyarakat tidak panik dan takut untuk mengkonsumsi produk unggas namun harus tetap waspada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar